Sabtu, 21 Agustus 2021

Tajug situs sejarah peradaban Islam di Juntikebon

 


ketika itu saya sedang menghadiri  acara malam tahlilan yang ke lima hari wafatnya alm H.burhanudin di kediamanya, dan ketika dipanjatkan doa tahlil disebutlah nama H.abdusalam dan saya pun tambah penasaran. Dan untuk menambahkan keakraban biar tidak saling membisu antar antar saudara maka saya bertanya kepada salah satu paman dari bapak saya sebutlah nama beliau H.bahir bin H.abdul hamid. kemudian saya pun memberanikan diri untuk bertanya “ kang kaji ari hubungane H.abdusalam karo H.abdulhabid kuh apa hubungane “? Kemudian beliau mnjawab, “ari abdussalam karo abdulhamid kuh, salah satu tokoh tiga serangkai yang menyebarkan islam ning juntikebon, salah sijine abdussalam terus abdulhamid terus sing sijine abdulgani” . ooh begitu, kemudian saya pun mulai berfikir untuk mulai menyatukan informasi yang sudah saya perolah dari para-para orang tua terutama dari nenek,kakek dan saudaranya termasuk alm H.burhan sendiri pernah bercerita, bahwa beliau-beliau itu masih satu saudara sepupu, dan ini bisa dibuktikan dengan adanya situs berupa langgar musolah ,yaitu diantaranya Tajug al ghani yang terletak di sebelah selatan PUI Juntikebon yang awal didirikan oleh keluarga  kyai Abdulgani dan diurus tradisinya sampai sekarang , kemudian adanya Tajug langgar Al-istikomah yang dulu dikenal sebutan dengan tajug gede, dan tajug wakaji dulloh suami dari wakaji heriyah semuanya terletak di desa juntikebon yang dibangun oleh kalangan keluarga dan kerabat Abdul Hamid dan sampai sekarang diurus oleh para keturunanya. 

 kemudian adanya Tajug yang dibangun dari kalangan keluarga Abdussalam yaitu adanya Tajug al-gozali yang dibangun oleh keluarga Hj.hasannah-H.gozali/H.Tanggal yang terletak di kompleks PUI, dan langgar Tajug H.Rais (musolah al barokah) yang terletak di desa Juntiweden baru, Dan masih ada musolah-musolah lain  yang baru-baru dibangun daan itu semua masih dari keturunan dari H.abdusalam dan H.abdul hamid namun saya sendiri masih belum tau nama musolahya musolah al-ahsan di Gg.Jeruk, musolah Al-ikhsan wakaji umar  di Gg.sukun, musolah Hj.Siti di blok famili juntiweden, musolah al ummah H.jen dan musolah Hj khozanah di kali kulon juntiweden baru  dan masih ada empat musolah lagi, namun dari musolah musolah semuanya ada di desa juntikebon yang tertua diantaranya tajug gede, tajug madrasah PUI yang dulu dikenal tajug wakaji Amin, dan tajug Al-ghani, dan dari musolah-musolah inilah cikal bakal gagasan awal berdirinya masjid jami Al fallah.

dalam adat tradisi desa juntikebon istilah musolah dulu masih dinamakan sebagai sebutan Tajug, yang identik dengan namanya yang mendirikanya atau yang mewakafkanya. Dalam  penyebutan istilah Tajug itu lebih tepat untuk musolah yang tertua baik tahun berdirinya atau segi silsilahnya keilmuanya, dan sebutan musolah itu lebih tepatnya untuk musolah yang baru –baru dibangun setelah berdirinya tajug, dari tajug itu sendiri banyak mencetak para santri sehingga ada yang menjadi penyuluh bahkan pemuka agama,baik ustad maupun tokoh adat bahkan ada juga yang menjadi imam di musolah yang baru dibangunya.

Meskipun sebutan tajug ini lebih dibilang kuno dan sebutan musolah lebih keren ,namun jejak historis tajug ini lebih banyak berperan dimasyarakat dari pada jejak musolah,  dan meskipun sebutan tajug dengan musolah pada hakikatnya tetap sama tempat ibadah, namun dalam sudut pandang adat sebutan tajug itu memiliki nilai kesan terhormat dan memiliki marwah yang tinggi kedudukanya sebagai situs cagar budaya kearifaan lokal dalam sejarah perkembangan islam di desa juntikebon. Kita sebagai putra asli junti jangan malu ketika kita mendapat tradisi sebutan yang diakui oleh adat kita sendiri meskipun dibilang kuno justru dengan adat kita sendiri jati diri kita akan disegani dan dihargai oleh orang lain.

Semoga kita sebagai anak cucu beliau senantiasa menjaga marwah menjaga tradisi para orang tua kita menjaga para keturunanya sehingga tidak akan lupa sejarah akan tradisi yang telah diwariskan olah para orang tuanya seiring dengan perkembangan zaman dan kondisi terkini dan tak lupa untuk mengenang jasa beliau kita terutama,

- Kh.Abdussalam, Kh,Abdul Hamid dan Kyai Abdul Ghani

Wa ahli silsilahihim wal ahidna minhum syaiulillahi lahum

Al-fatihah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar