di JuntikebonTradisi najug sebagai awal belajar
ngenal islam sejak dini
Najug berasal dari kata” tajug” secara terminologi terdiri dari kata “ta” yang
artinya nata dan” jug” yang artinya jujug dalam bahasa cirebon jujug bisa
diartikan sebagai merapatkan menggenapkan bila kata itu digabungkan bermakna
“menata barisan” dan kemudian menata barisan ini menurut orang cirebon disebut
sebagai tempat untuk sholat atau langgar musolah yang kemudian hendak menjadi
Masjid jami, sesuai amanat Suhunan Gunung Jati dalam wasiatnya “ Ingsun titip
tajug lan fakir miskin”. Dalam sejarahnya tajug/masjid mempunyai peranan yang
sangat penting dikala itu, bukan hanya sebagai tempat dan belajar ilmu agama
tajug juga sebagai tempat sarana untuk mengumpulkan pasukan banyak pada masa
itu, pada umumnya di cirbon sendiri letak tajug sangat bersebelahan dengan
kantor pemerintahan dan ditengahnya terdapat alun-alun dan ditengahnya terdapat
pohon beringin dan terdapat pula pasar ini menunjukan kesejahteraan cirbon
sebagai pusat peradaban pada masa itu, dalam wasiat Suhunan “ingsun titip tajug
yang bermakna tajug sebagai pusat pendidikan masyarakat pada masa itu, dan
fakir miskin sebagai simbol ketidak pedulian” sehingga dalam wasiat beliau
mengajarkan kita sebagai orang yang faham ilmu hendaknya kita tidak berprilaku
masa bodoh kepada sesama, karena dari sesama itu terdapat pula saudara sedarah
dengan kita yang tidak kenal dengan kita yang tidak boleh kita campakan.
Dalam masyarakat
juntikebon sendiri istilah najug itu sendiri sebagai upaya menimba ilmu kepada
orang yang faham ilmu atau dituakan yang disebut seorang kiyai, selain belajar norma-norma
kesopanan, belajar ngaji membaca Quran dan mengenal islam juga mengajarkan seni
beladiri dan kemampuan lainya yang dimiliki oleh kiyai tersebut, dalam tradisi
najug itu sendiri dimulai dari masa anak-anak kemudian remaja bahkan usia
dewasa, dalam tradisi najug ini tidak mengenal batas usia tidak sepertihalnya di
sekolah madrasah yang kita kenal sekarang ini usia adalah sebagai penentu,
dewasa maupun anak-anak semua mempunyai keinginan yang sama yaitu genahu ngaji
metode awalnya genahu ngaji ini berawal dari membaca turutan(Quran kecil)
mulai dari
belajar alif, ba, tha, sa, jim, sampai bisa membaca langsung dari Alfatihan
sampai Ammayatasa, metode pengajaranya dari bimbingan sampai hapalan, setelah
selesai belajar turutan (quran kecil) barulah ditutup dengan terdisi Khataman,
tradisi khataman ini sebagai penutup dimana setelah penutup seorang santri
diperbolehkan oleh kiyainya menjadi santri kalong untuk belajar kepada kiyai
lainya untuk memperoleh ilmu lainya sehingga santri kalong yang berarti santri
yang tidak belajar menetap pada satu
kiyai.
Biasanya tradisi najug ini bermulai waktu sebelum
magrib dan biasanya para orang tua mengingatkan anaknya pada saat sebelum
magrib suruh mandi kemudian bergegas miyang tajug(berangkat ke tajug) selepas
habis magrib para santri mulai belajar ngaji sampai batas waktu isyak.
Suara anak-anak ngaji ditambah sambil suasana canda
gurau banyak menghiasi tajug-tajug sampai batas terdengan suara azan sholat isyak, sedangan
untuk para kalangan remaja ada yang menginap di tajug sampai subuh dan ada juga
yang pulang ke rumah, dan ini menandakan bahwa tajug tetap hidup sesuai
fungsinya. Lalu bagaimana dengan yang sudah menjadi santri kalong ?
Ketika seorang santri sudah pernah mengalami tradisi khataman secara adat
santri tersebut sudah dibolehkan menjadi santri kalong, santri kalong sendiri
cara ngajinya berpindah pindah misal hari senin ngaji ke kiyai A dan hari
selasa di kiyai B dan hari kamis di kiyai C, dan waktunya pun biasanya sangat
ditentukan oleh kiayai yang mengajarinya tidak lah lain yang di kejar santri
kalong ini diantaranya ilmu Tauhid, ilmu fiqih ,dan ilmu tasawuf, khususnya
masyarakat juntikebon Tradisi najug itu sendiri di desa juntikebon sudah
berlangsung sejak lama dan dari tradisi inilah awal muawal para santri junti
bisa mengenal Islam sejak dini, lalu apakah tradisi ini masih tetap ada sampai
sekarang, seiring dengan perkembangan zaman ?
Mari kita renungkan ..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar