Berbicara tentang
syariat,Tareqat,
Hakikat dan Makrifat, alangkah baiknya kita terlebih dahulu melirik ayat
Al-quran yang berbunyi :
Wama arsalnaka illa rahmatan
lilAAalamina (21/Al-Anbiya-107:)
Yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (muhamad), melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam” .
Dari ayat tersebut bahwa dapat kita fahami
bahwa ajaran nabi Muhamad Saw adalah sebagai pembawa kebaikan ( rahmat) kepada
seluruh alam semsta, mengingat alam semesta kita tidak terpaku hanya melihat
keindahanya-Nya baik manusia,hewan, tumbuhan melainkan melainkan berbagai aspek
dalam berbagai dunia kehidupan baik yang nampak maupun yang tidak nampak baik
yang diterima melalui panca indra maupun batin perasaan yang tak terbatas ruang
dan waktu tidak terhalang baik suku,ras budaya dan bahasa, sehingga rahmat
islam itu sendiri sangatlah universal sehingga dapat menyentuh berbagai macam
dunia, baik dunia ilmu pengetahuan, kesehatan, sosial, ekonomi,seni , politik
maupun budaya. Dan banyak juga kalangan yang menafsirkan ayat ini secara
kontekstual namun akan tujuanya hanya terpaku di dalam satu ruang dan waktu dan
kitapun mesti memakluminya, karena dari bahasa aslinya itu sendiri yang
kompleks kemudian diterjemahkan kedalam bahasa nasional kita dan diterjemahkan
lagi kedalam bahasa yang keseharian kita pakai dan kemudian terjadi distorsi. dan
kerumitan ini akan semakin bertambah tatkala seseorang Ustad maupun Da’i
berkomunikasi menyampaikan menembus batas-batas waktu, budaya dan bahasa. Kita
sendiri memiliki pengalaman menyampaikan sesuatu ide tertentu kepada orang
lain, tetapi mereka tidak memahami apa yang kita maksudkan.
Dan kali ini kita akan membahas bagaimana
konsep rahmatan lilalamin itu sendiri baik secara Holistic maupun dalam ibadah
keseharian kita dalam dalam ayat tersebut, dan kita juga akan lebih difokuskan
sama apa itu syariat, tareqat , hakikat dan marifat, dalam ajaran islam yang rahmatan
lilalamin.
Namun
yang perlu diingat, kita akan membatasi pemikiran kita terutama istilah Tarekat, yang dimaksud tarekat disini
bukan sekumpulan komunitas riyadoh atau
oalh jiwa melainkan gambaran secara umumnya yang sedikit-sedikit kita akan
berfikir kearah sana.
Islam itu
sendiri terdiri dari tiga pilar yang terdiri dari iman, islam dan ikhsan yang
sebelumnya sudah pernah kita bahas dalam
tulisan saya sebelumnya konsep menjdi
muslim sejati bukan menjadi muslim pedati. Istilah syareat, tarekat, hakikat,
makrifat ini seringkali kita dengar ketika kita mempelajari Tasawuf, tujuan
dari tasawuf itu sendiri diantaranya upaya mempersatukan tiga pilar yaitu
penggabungan iman ,islam dan ikhsan yang kemudian menghasilakan output berupa
akhlak atau budi pekerti serta kebijaksanaan yang akan merujuk kepada cinta dan
kasih dalam kehidupan ini.
Dalam dunia tasawuf juga, syariat, tariekat,
hakikat dan marifat dijadikan sebagai tolak ukur maqom tingkatan seseorang
seseorang dalam memperoleh dan memahami islam itu sendiri.
a.
Syariat
syariat adalah berupa anjuran ketetapan
illahi yang mutlak, yang mesti dilaksanakan dengan baik oleh manusia , sebagai
contoh makan dan minum, menjaga kesehatan, menjaga kemaluan, berdoa, dan
seebagainya sehingga syariat ini begitu kuat terikat kepada beberpa hukum alam.
Syariat itu sendiri tidak lain diantara berupa larangan, maupun anjuran serta
memberi gambaran tentang kejadian fenomena-fenomena sebelum kita, agar kita
selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian dialami sebelum kita berada. Namun
seiring dengan keadaansaat ini syariat ini telah terjadi distorsi dikala
penyampaian komunikasi terhalang baik kondisi alam, waktu, bahasa ras, adat
budaya serta beberapa tradisi-tradisi fiqih yang melekat kuat dan dibenarkan
dalam Jama’ah komunitas tertentu.
b.
Tarekat
Tareqat adalah jalan upaya yang dilakukan
untuk memenuhi ketentuan anjuran illahi atau upaya yang dilakukan untuk
melaksanakan syariat, sebagai salah satu contoh illahi menganjurkan kita untuk makan-makanlah yang baik, lantas
dengan taatnya seluruh anggota tubuh baik kaki dan tangan secara reflek akan
melaksanakan gerakan cara makan sesuai tradisi makanya, dimulai dari kaki yang
berjalan menuju mengambil makanan lalu disusul tangan mengambil makanan dan
mulai memberikan makanan kedalam mulut, mulut kemudian mulai mengunyah makanan
dan langsung menelan makanan kedalam kerongkongan perut, nah dari gerakan makan
ini banyak sekali cara yang dilakukan, ada yang makan dengan cara menggunakan
alat makan seperti sendok dan garpu ada pula yang dibantu melalui orang lain
dengan cara disuapin, dan berbagai cara dan upaya yang dilakukan untuk
memberikan bahan makanan kedalam mulut dan dikunyah dan ditelan kedalam
kerongkongan.
Sebagai
renungan
Dikala Kita Sebagai seorang guru sekolah, seseorang atasan kita menganjurkan agar
datang tepat waktu dan tidak datang terlambat dan menganjurkan juga agar tetap
menjaga kerapihan dalam cara berpakaian, kemudian disaat itu cuaca dalam
keadaan hujan lebat, dan mesti datang dengan tepat waktu. Padasaat itu ketika
hendak berangkat ke sekolah, tidak menemukan sebuah payung yang ada hanya
sebuah mantel hujan dan sebuah daun pisang yang masih utuh.
Pertanyaanya : lalu apakah boleh kalau kita menggunakan benda tersebut untuk
melindungi diri air hujan? Lalu apa perasaan anda ketika menggunakan dari salah
satu benda itu untuk melindungi diri dari air hujan setelah tibanya disekolah anak-anak
murid dan teman-teman menyapa kita sambil dengan menggenakan sebuah payung ?
c.
Hakikat
Hakikat adalah inti tujuan dari tarekat
itu sendiri sebagai contoh kita analogikakan masih tentang anjuran makan,
ketika kita sedang sakit tanganya terluka sehingga kita tidak bisa menggunakan
kedua tangan kita dengan baik kemudian dokter menyarankan agar nutrisi tubuh
tetap terjaga maka harus diberikan makanan nutrisi lewat cairan infus sehingga
upaya yang telah dilakukan dokter pada hakikatnya adalah bertujuan memberikan makanan
kepada tubuh, agar tubuh perut tidak merasa lemas sehingga menjadi kuat meskipun
pemberian makanan tidak dari mulut melalui jalan langkah yang berbeda beda.
Sebagai
bahan diskusi dan bahan renungan
dalam fiqih, ketika kita hendak melaksanakan sholat kita hendknya
terlebih daahulu berwudu, kemudian membaca niyat wudu, kemudian kita lakukan wdudu ari kumur-kumur sampai urutan membasuh
kaki baru kita melaksanakan sholat, lantas hakikat dari berwudu itu sendiri
apakah membasuh muka,membasuh tangan,mengusap kepala ,membasuh kaki apa menjaga
kebersihan tubuh kita hendak kita mau melaksanakan sholat ?
d.
Makrifat
Makrifat adalah mengenal dan merasakan
keselarasan keharmonisan dalam rencana Tuhan, tahapan ini terlebih dahulu
melalui tahapan tarekat dan hakikat. Dan makrifat itu sendiri sebagai hasil
ahir dari proses Tarekat dan Hakikat sebab dan akibat, sebagai salah satu
contohnya dalam Quran yang sangat seserhana, Allah menganjurkan berupa sayariatnya agar kita makan-makanlah yang baik.
(berkedudukan sebagai syariat)
kemudian manusia menjalankan tradisi makan berupa
makan-makanan yang baik menyehatkan nan bergizi, bahkan ada pula dengan cara
disuapin, terus ada pula dengan cara upaya manusia berupa memasukan makanan melalui
cairan infus, (ini berkedudukan
sebagai tarekat),
sehingga menjalankan
tradisi makanya berupa makan-makanan yang baik menyehatkan nan bergizi, bahkan
ada pula dengan cara disuapin, terus ada pula dengan cara upaya manusia berupa
memberikan makanan melalui cairan infus pada hakikatnya bertujuan memberikan makanan kepada tubuh agar tubuh perut tidak merasa
lemas lalu menjadi kuat (ini berkedudukan sebagai hakikat).
Akibatnya
perut tidak merasa lemas dan tubuh
menjadi kuat badan kita sehat dan kuat dan ketika badan kita sehat dan kuat
membuat kita lebih percaya diri membuat pikiran kita menjadi semangat baik
dalam bekerja mencari nafkah, semangat mencari ilmu dan wawasan, semangat dalam
berkarya, semangat dalam beribadah dan semangat untuk membantu sesama, ketika
semuanya dalam keadaan semangat baik jasmani maupun rohani menunjukan kita
bahwa kita sedang berhadapan dengan
Tuhan menunjukan akan tugas-tugas kita kepada Sang Pencipta yaitu Allah swt
menjadi kholifah dimuka bumi untuk mengisi dan mewarnai dunia ini (ini
berkedudukan sebagai makrifat).
Sebagai
bahan renungan
Ketika
itu kita sangat megidam-idamkan memiliki mobil keluaran terbaru, kemudian
sedikit demi sedikit kita mulai menyisihkan uang untuk membeli mobil tersebut, kemudian
dengan susah payah cobaan dan
perjuangan untuk memiliki mobil
tersebut, setelah beberapa tahun kemudian mulai terkumpulah sejumlah uang untuk
membeli mobil tersebut dan berhasil membawa mobil impian itu kerumah.
Pertanyaanya
: bagaimana perasaan kita setelah pertama kali memegang kunci mobil tersebut ?
lalu, dabisikan apakah yang membuat hati kecil kita memberikan semangat
sehingga kita bisa bisa termotifasi untuk berusaha menyisihkan uang untuk
memiliki mobil tersebut ?
Dan
janji apakah yang sering terucap dalam hati kecil kita, ketika kita berusaha
menyisikan uang untuk memiliki mobil tersebut? Lalu bagaimana refleki kita.
matur suwun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar