Dewasa ini kita sering kali dtuntut
untuk memperdalam Islam, bahkan kita sendiri sibuk mencari kesana kemari untuk
memperdalam Islam itu sendiri, dari berbagai guru, berbagai pesantren, berbagai
isi ceramah, berbagai buku-buku, bahkan kumpulan isi ceramah ustad satu dengan
yang lain dengan hasil yang subyektif, sehingga yang sering mendapatkan sasaran
para kaum awam sering mendapatkan kebingungan itu sendiri dan menjadi sangat
dilema ketika mulai mendiskusikan dan memperaktekanya. Loh, bukanya agama itu
pusat kedamaian dan ketenangan ya, kok kadang malah menjadi percekcokan ya
hehehehe....dan ada pula yang bilang itu adalah hal yang sangat wajar dalam
belajar islam, itupun bagi yang bermental kuat dan bagi yang bermental lemah sering
dibuly habis-habisan akan mengurangi patah semangat untuk memperdalam islam itu
sendiri. Padahal belajar Islam itu sangat mudah dan tidak membingungkan apabila
kita tau akan konsepnya sehingga para awam pun ketika ingin memperdalam tak
akan dibikin bingung sehingga bisa dengan mudah mencari guru dan rujukan yang
tepat.
Lantas bagaimana konsep tahapan-tahapan belajar Islam dengan tepat? Sehingga
bisa mencapai mengenal keselarasan harmony dalam rencana Allah ( bermarifat). Yang
perludiketahui bahwa islam itu sendiri Rahmatan
Lilalamin yang berarti pembawa kebaikan seluruh alam dan berlaku kepada
seluruh makhluknya, kemudian kita juga mesti tau akan ada tiga tingkatan diri
keadaan kita apakah kita ini tergolong dari tingkatan awam, faham,atau cerdas :
a.
Golongan Awam
Kalangan
ini dimana kalangan yang baru pertama atau baru mengenal bahkan bisa dikatakan
baru bersyahadat dan baru akan belajar islam.
b.
Golongan faham
Kalangan
ini dimana kalangan sesudah kalangan awam dimana sudah memahami tradisi-tradisi
Islam itu sendiri dan baru belajar mempraktekanya seperti belajar gerakan solat,
gerakan zakat dan gerakan puasa.
c.
Golongan cerdas
Dimana
golongan ini sesudahnya golongan faham, dimana golongan ini sudah bisa
mempraktekan dan sudah mampu menerapkan segala aturan serta larangan-Nya dalam
keseharianya.
Kemudian Agama Islam itu sendiri
terdiri dari tiga bagian yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan, dan apa itu Iman, Islam
dan Ikhsan, dan bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana cara memperaktekanya
dan Ilmu apa saja yang mesti kita pelajari.
a. Iman yaitu : pengakuan seseorang terhadap sang Maha pencipta, bahwa Allah itu ada, lantas bagaimana
agar kita bisa kenal dengan Tuhan kita yaitu kita mesti tau teologi konsep keTuhanan
dalam orang Islam yang dikenal dengan Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam (ushulludin),
dalam metodologi mempelajari keilmuan ini kita dituntut untuk penggunaan nalar
dan logika yang cerdas sehingga kita bisa memahami dan mengenali Allah Tuhan
Kita.
b. Islam yaitu : seremonial tata cara
beribadah kepada Allah serta menjalankan perintah serta laranganya yang disebut
sebagai syariat. Lalu bagaimana agar kita bisa memahaminya, yaitu dengan ilmu
Fiqih Al-quran Hadist sebagai sumber utamanya kemudian Ijma dan Qiyas. Dalam mempelajari
ilmu ini kita mesti dituntut cerdas penggunaan bahasa dan logika. Ilmu Fiqih
bisa dikatakan sebagai ilmu syariat sebagai jembatan perantara antara hubungan
manusia dengan Allah hablum minalloh
sepertihalnya gerakan sholat, zakat, puasa, haji, pernikahan, waris jual beli,
tindak pidana dan sebagainya , .
c. Ikhsan yaitu : Suatu perasaan dimana
kita sebagai manusia pribadi akan selalu merasa diawasi terus oleh Allah dalam
setiap kita bernafas. Lalu bagaimana agar kita bisa mempelajari dan bisa
memperoleh perasaan berikhsan, yaitu dengan mempelajari Ilmu Tasawuf, ilmu ini juga
bisa dikatakan sebagai puncaknya dari Iman dan Islam, dalam mempelajari ilmu
ini kita akan dituntut untuk menggunakan perasaan agar lebih peka dari pada
logika kita. Tasawuf bisa juga dikatakan sebagai ilmu akhlak atau budi pekerti
sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan manusia hablum minannas.
seseorang memeluk Islam/muslim tak
bisa dikatakan sempura apabila kurang dari salah satunya misalkan beriman tanpa
Islam, berislam tanpa iman, dan berislam tanpa Ikhsan, berikhsan tanpa Iman
sehingga ketiga-tiganya mesti selaras harmony berjalan dengan seimbang agar
mencapai Ma’rifat.
“Lalu apasih dampaknya ketika kita
tidak bisa menyeimbangkan itu semua seperti iman, islam dan ikhsan”? ketika
seseorang tak bisa menyeimbangkan boleh dikatakan lebih banyak beriman dari pada islam dan
iksanya maka bisa diguga seseorang tersebut bisa terindikasi faham radikal, cenderung
fanatik bahkan sesaama muslim sehingga bisa saling tuduh sesat menyesatkan
bahkan saling kafir mengkafirkan, dalam hal ini bisa dibuktikan dari beberapa
sejarah setelah wafatnya Nabi Muhamad diantaranya, terbunuhnya terbunuhnya
khalifah Umar bin khotob dan Kahalifah Ali bin abi tholib serta munculnya
aliran khwariz, Mutazilah,dan seterusnya bahkan bisa sampai menimbulkan bentrok antar golongan.
“Lalu bagaimana ketika seseorang akan
mebih mengutamakan keislamanya dari pada ikhsanya”? ketika seseorang lebih mementingkan
keislamanya tanpa dibarengi keihsanannya maka bisa terjadi seseorang tersebut
lebih akan cenderung hakim menghakimi saudara nya bahkan saling menyalahkan
cenderung dengan sifat ashabiyah yang melekat bisa karena dari cara berfikir
kontektual ditengah perbedaan.
“Lalu bagaimana juga ketika seseorang
lebih banyak berikhsan tanpa dibarengi iman dan islam “? Seseorang yang lebih
cenderung mengutamakan keihsananya tanpa dibarengi iman dan islam bisa
dikatakan seseorang tersebut bukan seorang Muslim melainkan beragama lain.
Semoga kita bisa ambil Hikmahnya , Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar