Selasa, 17 Agustus 2021

Konsep menjadi Musim sejati bukan menjadi Muslim pedati yang selalu ikut kesana kemari.

 



     Dewasa ini kita sering kali dtuntut untuk memperdalam Islam, bahkan kita sendiri sibuk mencari kesana kemari untuk memperdalam Islam itu sendiri, dari berbagai guru, berbagai pesantren, berbagai isi ceramah, berbagai buku-buku, bahkan kumpulan isi ceramah ustad satu dengan yang lain dengan hasil yang subyektif, sehingga yang sering mendapatkan sasaran para kaum awam sering mendapatkan kebingungan itu sendiri dan menjadi sangat dilema ketika mulai mendiskusikan dan memperaktekanya. Loh, bukanya agama itu pusat kedamaian dan ketenangan ya, kok kadang malah menjadi percekcokan ya hehehehe....dan ada pula yang bilang itu adalah hal yang sangat wajar dalam belajar islam, itupun bagi yang bermental kuat dan bagi yang bermental lemah sering dibuly habis-habisan akan mengurangi patah semangat untuk memperdalam islam itu sendiri. Padahal belajar Islam itu sangat mudah dan tidak membingungkan apabila kita tau akan konsepnya sehingga para awam pun ketika ingin memperdalam tak akan dibikin bingung sehingga bisa dengan mudah mencari guru dan rujukan yang tepat.

     Lantas bagaimana konsep tahapan-tahapan belajar Islam dengan tepat? Sehingga bisa mencapai mengenal keselarasan harmony dalam rencana Allah ( bermarifat). Yang perludiketahui bahwa islam itu sendiri Rahmatan Lilalamin yang berarti pembawa kebaikan seluruh alam dan berlaku kepada seluruh makhluknya, kemudian kita juga mesti tau akan ada tiga tingkatan diri keadaan kita apakah kita ini tergolong dari tingkatan awam, faham,atau cerdas :

a.       Golongan Awam

Kalangan ini dimana kalangan yang baru pertama atau baru mengenal bahkan bisa dikatakan baru bersyahadat dan baru akan belajar islam.

b.       Golongan faham

Kalangan ini dimana kalangan sesudah kalangan awam dimana sudah memahami tradisi-tradisi Islam itu sendiri dan baru belajar mempraktekanya seperti belajar gerakan solat, gerakan zakat dan gerakan puasa.

c.       Golongan cerdas

Dimana golongan ini sesudahnya golongan faham, dimana golongan ini sudah bisa mempraktekan dan sudah mampu menerapkan segala aturan serta larangan-Nya dalam keseharianya.

Kemudian Agama Islam itu sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan, dan apa itu Iman, Islam dan Ikhsan, dan bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana cara memperaktekanya dan Ilmu apa saja yang mesti kita pelajari.

a.      Iman yaitu : pengakuan seseorang terhadap sang Maha pencipta, bahwa Allah itu ada, lantas bagaimana agar kita bisa kenal dengan Tuhan kita yaitu kita mesti tau teologi konsep keTuhanan dalam orang Islam yang dikenal dengan Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam (ushulludin), dalam metodologi mempelajari keilmuan ini kita dituntut untuk penggunaan nalar dan logika yang cerdas sehingga kita bisa memahami dan mengenali Allah Tuhan Kita.

b.      Islam yaitu : seremonial tata cara beribadah kepada Allah serta menjalankan perintah serta laranganya yang disebut sebagai syariat. Lalu bagaimana agar kita bisa memahaminya, yaitu dengan ilmu Fiqih Al-quran Hadist sebagai sumber utamanya kemudian Ijma dan Qiyas. Dalam mempelajari ilmu ini kita mesti dituntut cerdas penggunaan bahasa dan logika. Ilmu Fiqih bisa dikatakan sebagai ilmu syariat sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan Allah hablum minalloh sepertihalnya gerakan sholat, zakat, puasa, haji, pernikahan, waris jual beli, tindak pidana dan sebagainya , .

c.       Ikhsan yaitu : Suatu perasaan dimana kita sebagai manusia pribadi akan selalu merasa diawasi terus oleh Allah dalam setiap kita bernafas. Lalu bagaimana agar kita bisa mempelajari dan bisa memperoleh perasaan berikhsan, yaitu dengan mempelajari Ilmu Tasawuf, ilmu ini juga bisa dikatakan sebagai puncaknya dari Iman dan Islam, dalam mempelajari ilmu ini kita akan dituntut untuk menggunakan perasaan agar lebih peka dari pada logika kita. Tasawuf bisa juga dikatakan sebagai ilmu akhlak atau budi pekerti sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan manusia hablum minannas.

seseorang memeluk Islam/muslim tak bisa dikatakan sempura apabila kurang dari salah satunya misalkan beriman tanpa Islam, berislam tanpa iman, dan berislam tanpa Ikhsan, berikhsan tanpa Iman sehingga ketiga-tiganya mesti selaras harmony berjalan dengan seimbang agar mencapai Ma’rifat.

“Lalu apasih dampaknya ketika kita tidak bisa menyeimbangkan itu semua seperti iman, islam dan ikhsan”? ketika seseorang tak bisa menyeimbangkan boleh dikatakan  lebih banyak beriman dari pada islam dan iksanya maka bisa diguga seseorang tersebut bisa terindikasi faham radikal, cenderung fanatik bahkan sesaama muslim sehingga bisa saling tuduh sesat menyesatkan bahkan saling kafir mengkafirkan, dalam hal ini bisa dibuktikan dari beberapa sejarah setelah wafatnya Nabi Muhamad diantaranya, terbunuhnya terbunuhnya khalifah Umar bin khotob dan Kahalifah Ali bin abi tholib serta munculnya aliran khwariz, Mutazilah,dan seterusnya bahkan bisa  sampai menimbulkan bentrok antar golongan.

“Lalu bagaimana ketika seseorang akan mebih mengutamakan keislamanya dari pada ikhsanya”? ketika seseorang lebih mementingkan keislamanya tanpa dibarengi keihsanannya maka bisa terjadi seseorang tersebut lebih akan cenderung hakim menghakimi saudara nya bahkan saling menyalahkan cenderung dengan sifat ashabiyah yang melekat bisa karena dari cara berfikir kontektual ditengah perbedaan.

“Lalu bagaimana juga ketika seseorang lebih banyak berikhsan tanpa dibarengi iman dan islam “? Seseorang yang lebih cenderung mengutamakan keihsananya tanpa dibarengi iman dan islam bisa dikatakan seseorang tersebut bukan seorang Muslim melainkan beragama lain.

Semoga kita bisa ambil Hikmahnya , Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar