Minggu, 22 Agustus 2021

Perbedaan kiyai dengan ustad manakah yang lebih tinggi

 

Perbedaan kiyai dengan ustad manakah yang lebih tinggi

Dalam nusantara sendiri kita sangat dipengaruhi berbagai macam-macam baik etnis, ras, bahasa , tradisi ,suku, adat dan budaya dan itu semua dikarenakan secara letak geografis nusantara ini dipengaruhi oleh lautan kepulauan baik yang besar maupun yang kecil-kecil sehingga dalam suatu daerah baik yang terdapat didalam pulau besar maupun pulau kecil mempunyai ciri khas masing-masing misalkan etnis, ras, bahasa, adat  dan sistim kepercayaanya termasuk juga sebutan kiyai.

Apakah ustad manakah yang lebih tinggi ?

Lalu dari manakah gelar itu didapat ?

Lalu apakah ada istilah lain selain panggilan ustad dan kiyai ?

Jadi begini ya, beraya.  Ustad diambil dari kata yang dari bahasa arab yang berarti seorang guru, sedangkan kiyai berasal dari bahasa sangsekerta dalam jawa yang berarti orang yang disucikan, jadi secara hakikat ustad maupun kiyai ini mempunyai tugas yang sama yaitu sebagai pembina yang mengajarkan serta mengarahkan para murid-muridnya(bocah angon), namun ustad dan kiyai ini  mempunyai kedudukan yang berbeda di masyarakat pada umumnya. lantas kedudukan apa yang membuatnya berbeda ?

Yang membuatnya berbeda yaitu dari cara pemberian gelar tersebut, seorang ustad mendapatkan gelar kehormatanya dari sebuah komunitas atau ormas bahkan institusi yang mengikatnya dan yang mengakuinya sehingga seorang ustad lebih mempuni tentantang keagaman dan misi keormasnya dari pada adat istiadat setempatnya. Sedangkan kiyai akan mendapatkan gelar kehormatanya berdasarkan adat setempat yang identik sebagai putra asli daerah (penduduk asli), sehingga seorang kiyai lebih faham mempuni ilmu keagamaan dan memahami adat kebudayaan setempatnya,. Lalu kiyai apa ustad yang paling tinggi kedudukanya ?

yang jelas disini yang berhak paling tinggi menilai kedudukan seseorang ialah Allah swt, manusia hanya bisa tergerak melalui taufik dan hidayahnya, yang jelas pada hakikatnya siapakah yang lebih berpengaruh dalam melayani masyarakat dan memberikan amal solehnya itulah yang tinggi derajatnya.

Sehingga dinusantara ini sebutan kiyai bukan hanya satu dan disetiap daeraah pun mempunyai panggilan dan ciri khas yang berbeda beda misalkan didaerah sunda sebutan kiyai lebih dikenal sebagai Ajengan,dan Tubagus daerah banten, Teku daerah Aceh, Tuaanku, Buya daerah sumatra barat, Tuan guru daerah timur, Bapa tuan guru daerah maluku, bapa Imam di papua dan bapa raja, sedangkan khususnya warga keturunan arab khususnya di indonesia dikenal sebutan bagi yang lebih tua Habib, Syarif/ayip  bagi yang lebih muda dan sayid  Seangkan kiyai diluar indonesia disebut sebagai Syekh. Dan masih banyak sebutan-sebutan para kiyai di nusantara ini yang masih belum bisa saya sebutkan disini dikarenakan keterbatasan pengetahuan saya.

 

Sebagai renungan

Kita sebagai seorang anak kemudian kita mempunyai orang tua kandung laki-laki kita dengan panggilan akrabnya Bapak dan, kemudian kita juga mempunyai orang tua angkat laki-laki kita dengan sebutan akrabnya Ayah. lalu ayah dan bapak yang kita akui sebagai orang tua kita,  kedua-duanya itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama,

Aktiitas

Dapatkah kita mencoba sebutkan panggilan akrab lainya untuk orang tua laki-laki kita selain dari panggilan bapak dan ayah.  

Trima kaih

Melanggar adat

 

Bismillahirohmanirohim

Tradisi khataman .

Jadi begini dalam tradisi -tradisi adat junti khususnya di juntikebon sendiri, ketika seorang anak mulai belajar genauh ngaji di tajug  kepada seorang kiyai seorang anak tersebut mesti dalam bimbingan satu seorang kiyai sebelum dia menyeselsaikan genauhnya (belajarnya ) sampai khatam, sehingga ini bertujuan tidak lain agar melatih fokus dan konsentrasi cara belajarnya baik dalam metode belajarnya maupun dalam disiplinya . baru kemudian Setelah seorang santri telah menyelesaikan genauh ngajinya kemudian  sampai khatam dan melakukan tradisi berupa khataman yang tidak lain diantaranya bertujuan :

1. 1. baik secara filosofis  seorang kiyai telah mengembalikan seorang anak tersebut kepada  orang tuanya, yang sebelumnya orang tua tersebut telah menitipkan anaknya kepada kiyai tersebut.

2. 2. baik secara filosofis ,memberikan kabar gembira kepada orang tuanya karna anaknya telah selesai khatam dan menunjukan hasil genauh ngaji yang telah iya dapat.

3. baik secara fiolosofis, pemberian arahan berupa nasehat-nasehat luhur baik adab budi pekerti yang luhur kepada santri tersebut  sekaligus pemberian tanda berupa ijazah (bukan lembaran kertas) melainkan mengajarkan sebuah nadoman atau  bunyi syair puisi yang berbunyi,  Allaumurhamna Bilquran wajngal hulana imamawwanurow wahudaw warohmah... dan seterusnya  yang kita sendiri tidak lah asing lagi dengan lantunan syair ini, dan ini sebagai tanda bahwa seorang santri tersebut sudah melakukan khatam .

Ketika santri tersenut sudah melakukan tradisi khataman secara adat, barulah santri tersebut bisa diperbolehkan belajar kepada kiyai lain atau statusnya dinaikan menjadi santri kalong. Santri kalong ini bukanlah santri yang berubah menjadi kalong melainkan hanya sebuah istilah santri yang belajar kepada kiyai satu ke kiyai lainya atau dengan cara belajar yang berpindah-pindah untuk memperoleh melengkapi iman, islam dan ikhsan memperdalam Tauhid, fiqih dan Tasawuf.

Sebagai renungan.

Lantas apakah adat semacam ini semua telah melanggar sebuah syariah yang mesti kita rubah sesuai dengan Quran dan sunah atau menggantikan tradisi ini diganti dengan  daerah lain ?  

 

 

Sabtu, 21 Agustus 2021

Tajug di juntikebon

 

di JuntikebonTradisi najug sebagai awal belajar ngenal islam sejak dini



Najug berasal dari kata” tajug”  secara terminologi terdiri dari kata “ta” yang artinya nata dan” jug” yang artinya jujug dalam bahasa cirebon jujug bisa diartikan sebagai merapatkan menggenapkan bila kata itu digabungkan bermakna “menata barisan” dan kemudian menata barisan ini menurut orang cirebon disebut sebagai tempat untuk sholat atau langgar musolah yang kemudian hendak menjadi Masjid jami, sesuai amanat Suhunan Gunung Jati dalam wasiatnya “ Ingsun titip tajug lan fakir miskin”. Dalam sejarahnya tajug/masjid mempunyai peranan yang sangat penting dikala itu, bukan hanya sebagai tempat dan belajar ilmu agama tajug juga sebagai tempat sarana untuk mengumpulkan pasukan banyak pada masa itu, pada umumnya di cirbon sendiri letak tajug sangat bersebelahan dengan kantor pemerintahan dan ditengahnya terdapat alun-alun dan ditengahnya terdapat pohon beringin dan terdapat pula pasar ini menunjukan kesejahteraan cirbon sebagai pusat peradaban pada masa itu, dalam wasiat Suhunan “ingsun titip tajug yang bermakna tajug sebagai pusat pendidikan masyarakat pada masa itu, dan fakir miskin sebagai simbol ketidak pedulian” sehingga dalam wasiat beliau mengajarkan kita sebagai orang yang faham ilmu hendaknya kita tidak berprilaku masa bodoh kepada sesama, karena dari sesama itu terdapat pula saudara sedarah dengan kita yang tidak kenal dengan kita yang tidak boleh kita campakan.

     Dalam masyarakat juntikebon sendiri istilah najug itu sendiri sebagai upaya menimba ilmu kepada orang yang faham ilmu atau dituakan yang disebut seorang kiyai, selain belajar norma-norma kesopanan, belajar ngaji membaca Quran dan mengenal islam juga mengajarkan seni beladiri dan kemampuan lainya yang dimiliki oleh kiyai tersebut, dalam tradisi najug itu sendiri dimulai dari masa anak-anak kemudian remaja bahkan usia dewasa, dalam tradisi najug ini tidak mengenal batas usia tidak sepertihalnya di sekolah madrasah yang kita kenal sekarang ini usia adalah sebagai penentu, dewasa maupun anak-anak semua mempunyai keinginan yang sama yaitu genahu ngaji metode awalnya genahu ngaji ini berawal dari membaca turutan(Quran kecil)

 


 mulai dari belajar alif, ba, tha, sa, jim, sampai bisa membaca langsung dari Alfatihan sampai Ammayatasa, metode pengajaranya dari bimbingan sampai hapalan, setelah selesai belajar turutan (quran kecil) barulah ditutup dengan terdisi Khataman, tradisi khataman ini sebagai penutup dimana setelah penutup seorang santri diperbolehkan oleh kiyainya menjadi santri kalong untuk belajar kepada kiyai lainya untuk memperoleh ilmu lainya sehingga santri kalong yang berarti santri yang tidak belajar menetap  pada satu kiyai.

Biasanya tradisi najug ini bermulai waktu sebelum magrib dan biasanya para orang tua mengingatkan anaknya pada saat sebelum magrib suruh mandi kemudian bergegas miyang tajug(berangkat ke tajug) selepas habis magrib para santri mulai belajar ngaji sampai batas waktu isyak.

Suara anak-anak ngaji ditambah sambil suasana canda gurau banyak menghiasi tajug-tajug sampai  batas terdengan suara azan sholat isyak, sedangan untuk para kalangan remaja ada yang menginap di tajug sampai subuh dan ada juga yang pulang ke rumah, dan ini menandakan bahwa tajug tetap hidup sesuai fungsinya. Lalu bagaimana dengan yang sudah menjadi santri kalong ?

Ketika seorang santri sudah  pernah mengalami tradisi khataman secara adat santri tersebut sudah dibolehkan menjadi santri kalong, santri kalong sendiri cara ngajinya berpindah pindah misal hari senin ngaji ke kiyai A dan hari selasa di kiyai B dan hari kamis di kiyai C, dan waktunya pun biasanya sangat ditentukan oleh kiayai yang mengajarinya tidak lah lain yang di kejar santri kalong ini diantaranya ilmu Tauhid, ilmu fiqih ,dan ilmu tasawuf, khususnya masyarakat juntikebon Tradisi najug itu sendiri di desa juntikebon sudah berlangsung sejak lama dan dari tradisi inilah awal muawal para santri junti bisa mengenal Islam sejak dini, lalu apakah tradisi ini masih tetap ada sampai sekarang, seiring dengan perkembangan zaman ?

Mari kita renungkan ..!

Tajug situs sejarah peradaban Islam di Juntikebon

 


ketika itu saya sedang menghadiri  acara malam tahlilan yang ke lima hari wafatnya alm H.burhanudin di kediamanya, dan ketika dipanjatkan doa tahlil disebutlah nama H.abdusalam dan saya pun tambah penasaran. Dan untuk menambahkan keakraban biar tidak saling membisu antar antar saudara maka saya bertanya kepada salah satu paman dari bapak saya sebutlah nama beliau H.bahir bin H.abdul hamid. kemudian saya pun memberanikan diri untuk bertanya “ kang kaji ari hubungane H.abdusalam karo H.abdulhabid kuh apa hubungane “? Kemudian beliau mnjawab, “ari abdussalam karo abdulhamid kuh, salah satu tokoh tiga serangkai yang menyebarkan islam ning juntikebon, salah sijine abdussalam terus abdulhamid terus sing sijine abdulgani” . ooh begitu, kemudian saya pun mulai berfikir untuk mulai menyatukan informasi yang sudah saya perolah dari para-para orang tua terutama dari nenek,kakek dan saudaranya termasuk alm H.burhan sendiri pernah bercerita, bahwa beliau-beliau itu masih satu saudara sepupu, dan ini bisa dibuktikan dengan adanya situs berupa langgar musolah ,yaitu diantaranya Tajug al ghani yang terletak di sebelah selatan PUI Juntikebon yang awal didirikan oleh keluarga  kyai Abdulgani dan diurus tradisinya sampai sekarang , kemudian adanya Tajug langgar Al-istikomah yang dulu dikenal sebutan dengan tajug gede, dan tajug wakaji dulloh suami dari wakaji heriyah semuanya terletak di desa juntikebon yang dibangun oleh kalangan keluarga dan kerabat Abdul Hamid dan sampai sekarang diurus oleh para keturunanya. 

 kemudian adanya Tajug yang dibangun dari kalangan keluarga Abdussalam yaitu adanya Tajug al-gozali yang dibangun oleh keluarga Hj.hasannah-H.gozali/H.Tanggal yang terletak di kompleks PUI, dan langgar Tajug H.Rais (musolah al barokah) yang terletak di desa Juntiweden baru, Dan masih ada musolah-musolah lain  yang baru-baru dibangun daan itu semua masih dari keturunan dari H.abdusalam dan H.abdul hamid namun saya sendiri masih belum tau nama musolahya musolah al-ahsan di Gg.Jeruk, musolah Al-ikhsan wakaji umar  di Gg.sukun, musolah Hj.Siti di blok famili juntiweden, musolah al ummah H.jen dan musolah Hj khozanah di kali kulon juntiweden baru  dan masih ada empat musolah lagi, namun dari musolah musolah semuanya ada di desa juntikebon yang tertua diantaranya tajug gede, tajug madrasah PUI yang dulu dikenal tajug wakaji Amin, dan tajug Al-ghani, dan dari musolah-musolah inilah cikal bakal gagasan awal berdirinya masjid jami Al fallah.

dalam adat tradisi desa juntikebon istilah musolah dulu masih dinamakan sebagai sebutan Tajug, yang identik dengan namanya yang mendirikanya atau yang mewakafkanya. Dalam  penyebutan istilah Tajug itu lebih tepat untuk musolah yang tertua baik tahun berdirinya atau segi silsilahnya keilmuanya, dan sebutan musolah itu lebih tepatnya untuk musolah yang baru –baru dibangun setelah berdirinya tajug, dari tajug itu sendiri banyak mencetak para santri sehingga ada yang menjadi penyuluh bahkan pemuka agama,baik ustad maupun tokoh adat bahkan ada juga yang menjadi imam di musolah yang baru dibangunya.

Meskipun sebutan tajug ini lebih dibilang kuno dan sebutan musolah lebih keren ,namun jejak historis tajug ini lebih banyak berperan dimasyarakat dari pada jejak musolah,  dan meskipun sebutan tajug dengan musolah pada hakikatnya tetap sama tempat ibadah, namun dalam sudut pandang adat sebutan tajug itu memiliki nilai kesan terhormat dan memiliki marwah yang tinggi kedudukanya sebagai situs cagar budaya kearifaan lokal dalam sejarah perkembangan islam di desa juntikebon. Kita sebagai putra asli junti jangan malu ketika kita mendapat tradisi sebutan yang diakui oleh adat kita sendiri meskipun dibilang kuno justru dengan adat kita sendiri jati diri kita akan disegani dan dihargai oleh orang lain.

Semoga kita sebagai anak cucu beliau senantiasa menjaga marwah menjaga tradisi para orang tua kita menjaga para keturunanya sehingga tidak akan lupa sejarah akan tradisi yang telah diwariskan olah para orang tuanya seiring dengan perkembangan zaman dan kondisi terkini dan tak lupa untuk mengenang jasa beliau kita terutama,

- Kh.Abdussalam, Kh,Abdul Hamid dan Kyai Abdul Ghani

Wa ahli silsilahihim wal ahidna minhum syaiulillahi lahum

Al-fatihah.

memahami tingkatan dalam islam rahmatan lilalamin

 

Berbicara tentang syariat,Tareqat, Hakikat dan Makrifat, alangkah baiknya kita terlebih dahulu melirik ayat Al-quran yang berbunyi :

Wama arsalnaka illa rahmatan lilAAalamina (21/Al-Anbiya-107:)

Yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (muhamad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” .



     Dari ayat tersebut bahwa dapat kita fahami bahwa ajaran nabi Muhamad Saw adalah sebagai pembawa kebaikan ( rahmat) kepada seluruh alam semsta, mengingat alam semesta kita tidak terpaku hanya melihat keindahanya-Nya baik manusia,hewan, tumbuhan melainkan melainkan berbagai aspek dalam berbagai dunia kehidupan baik yang nampak maupun yang tidak nampak baik yang diterima melalui panca indra maupun batin perasaan yang tak terbatas ruang dan waktu tidak terhalang baik suku,ras budaya dan bahasa, sehingga rahmat islam itu sendiri sangatlah universal sehingga dapat menyentuh berbagai macam dunia, baik dunia ilmu pengetahuan, kesehatan, sosial, ekonomi,seni , politik maupun budaya. Dan banyak juga kalangan yang menafsirkan ayat ini secara kontekstual namun akan tujuanya hanya terpaku di dalam satu ruang dan waktu dan kitapun mesti memakluminya, karena dari bahasa aslinya itu sendiri yang kompleks kemudian diterjemahkan kedalam bahasa nasional kita dan diterjemahkan lagi kedalam bahasa yang keseharian kita pakai dan kemudian terjadi distorsi. dan kerumitan ini akan semakin bertambah tatkala seseorang Ustad maupun Da’i berkomunikasi menyampaikan menembus batas-batas waktu, budaya dan bahasa. Kita sendiri memiliki pengalaman menyampaikan sesuatu ide tertentu kepada orang lain, tetapi mereka tidak memahami apa yang kita maksudkan.

     Dan kali ini kita akan membahas bagaimana konsep rahmatan lilalamin itu sendiri baik secara Holistic maupun dalam ibadah keseharian kita dalam dalam ayat tersebut, dan kita juga akan lebih difokuskan sama apa itu syariat, tareqat , hakikat dan marifat, dalam ajaran islam yang rahmatan lilalamin.

Namun yang perlu diingat, kita akan membatasi pemikiran kita terutama istilah Tarekat, yang dimaksud tarekat disini bukan sekumpulan komunitas riyadoh atau oalh jiwa melainkan gambaran secara umumnya yang sedikit-sedikit kita akan berfikir kearah sana.

      Islam itu sendiri terdiri dari tiga pilar yang terdiri dari iman, islam dan ikhsan yang sebelumnya sudah pernah kita bahas  dalam tulisan saya sebelumnya konsep menjdi muslim sejati bukan menjadi muslim pedati. Istilah syareat, tarekat, hakikat, makrifat ini seringkali kita dengar ketika kita mempelajari Tasawuf, tujuan dari tasawuf itu sendiri diantaranya upaya mempersatukan tiga pilar yaitu penggabungan iman ,islam dan ikhsan yang kemudian menghasilakan output berupa akhlak atau budi pekerti serta kebijaksanaan yang akan merujuk kepada cinta dan kasih dalam kehidupan ini.

 


     Dalam dunia tasawuf juga, syariat, tariekat, hakikat dan marifat dijadikan sebagai tolak ukur maqom tingkatan seseorang seseorang dalam memperoleh dan memahami islam itu sendiri.

a.      Syariat

     syariat adalah berupa anjuran ketetapan illahi yang mutlak, yang mesti dilaksanakan dengan baik oleh manusia , sebagai contoh makan dan minum, menjaga kesehatan, menjaga kemaluan, berdoa, dan seebagainya sehingga syariat ini begitu kuat terikat kepada beberpa hukum alam. Syariat itu sendiri tidak lain diantara berupa larangan, maupun anjuran serta memberi gambaran tentang kejadian fenomena-fenomena sebelum kita, agar kita selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian dialami sebelum kita berada. Namun seiring dengan keadaansaat ini syariat ini telah terjadi distorsi dikala penyampaian komunikasi terhalang baik kondisi alam, waktu, bahasa ras, adat budaya serta beberapa tradisi-tradisi fiqih yang melekat kuat dan dibenarkan dalam Jama’ah komunitas tertentu.

b.      Tarekat

     Tareqat adalah jalan upaya yang dilakukan untuk memenuhi ketentuan anjuran illahi atau upaya yang dilakukan untuk melaksanakan syariat, sebagai salah satu contoh illahi menganjurkan kita untuk makan-makanlah yang baik, lantas dengan taatnya seluruh anggota tubuh baik kaki dan tangan secara reflek akan melaksanakan gerakan cara makan sesuai tradisi makanya, dimulai dari kaki yang berjalan menuju mengambil makanan lalu disusul tangan mengambil makanan dan mulai memberikan makanan kedalam mulut, mulut kemudian mulai mengunyah makanan dan langsung menelan makanan kedalam kerongkongan perut, nah dari gerakan makan ini banyak sekali cara yang dilakukan, ada yang makan dengan cara menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu ada pula yang dibantu melalui orang lain dengan cara disuapin, dan berbagai cara dan upaya yang dilakukan untuk memberikan bahan makanan kedalam mulut dan dikunyah dan ditelan kedalam kerongkongan.

Sebagai renungan

Dikala Kita Sebagai seorang guru sekolah,  seseorang atasan kita menganjurkan agar datang tepat waktu dan tidak datang terlambat dan menganjurkan juga agar tetap menjaga kerapihan dalam cara berpakaian, kemudian disaat itu cuaca dalam keadaan hujan lebat, dan mesti datang dengan tepat waktu. Padasaat itu ketika hendak berangkat ke sekolah, tidak menemukan sebuah payung yang ada hanya sebuah mantel hujan dan sebuah daun pisang yang masih utuh.

Pertanyaanya : lalu apakah boleh kalau kita menggunakan benda tersebut untuk melindungi diri air hujan? Lalu apa perasaan anda ketika menggunakan dari salah satu benda itu untuk melindungi diri dari air hujan setelah tibanya disekolah anak-anak murid dan teman-teman menyapa kita sambil dengan menggenakan sebuah payung ?  

 

c.       Hakikat

     Hakikat adalah inti tujuan dari tarekat itu sendiri sebagai contoh kita analogikakan masih tentang anjuran makan, ketika kita sedang sakit tanganya terluka sehingga kita tidak bisa menggunakan kedua tangan kita dengan baik kemudian dokter menyarankan agar nutrisi tubuh tetap terjaga maka harus diberikan makanan nutrisi lewat cairan infus sehingga upaya yang telah dilakukan dokter pada hakikatnya adalah  bertujuan memberikan makanan kepada tubuh, agar tubuh perut tidak merasa lemas sehingga menjadi kuat meskipun pemberian makanan tidak dari mulut melalui jalan langkah yang berbeda beda.

Sebagai bahan diskusi dan bahan renungan

 dalam fiqih, ketika kita hendak melaksanakan sholat kita hendknya terlebih daahulu berwudu, kemudian membaca niyat wudu, kemudian  kita lakukan  wdudu ari kumur-kumur sampai urutan membasuh kaki baru kita melaksanakan sholat, lantas hakikat dari berwudu itu sendiri apakah membasuh muka,membasuh tangan,mengusap kepala ,membasuh kaki apa menjaga kebersihan tubuh kita hendak kita mau melaksanakan sholat ?

 

d.      Makrifat

     Makrifat adalah mengenal dan merasakan keselarasan keharmonisan dalam rencana Tuhan, tahapan ini terlebih dahulu melalui tahapan tarekat dan hakikat. Dan makrifat itu sendiri sebagai hasil ahir dari proses Tarekat dan Hakikat sebab dan akibat, sebagai salah satu contohnya dalam Quran yang sangat seserhana, Allah menganjurkan berupa sayariatnya agar kita makan-makanlah yang baik. (berkedudukan sebagai syariat)

kemudian manusia menjalankan tradisi makan berupa makan-makanan yang baik menyehatkan nan bergizi, bahkan ada pula dengan cara disuapin, terus ada pula dengan cara upaya manusia berupa memasukan makanan melalui cairan infus, (ini berkedudukan sebagai tarekat),

sehingga menjalankan tradisi makanya berupa makan-makanan yang baik menyehatkan nan bergizi, bahkan ada pula dengan cara disuapin, terus ada pula dengan cara upaya manusia berupa memberikan makanan melalui cairan infus pada hakikatnya bertujuan memberikan makanan kepada tubuh agar tubuh perut tidak merasa lemas lalu menjadi kuat (ini berkedudukan sebagai hakikat).

Akibatnya perut tidak merasa lemas dan tubuh menjadi kuat badan kita sehat dan kuat dan ketika badan kita sehat dan kuat membuat kita lebih percaya diri membuat pikiran kita menjadi semangat baik dalam bekerja mencari nafkah, semangat mencari ilmu dan wawasan, semangat dalam berkarya, semangat dalam beribadah dan semangat untuk membantu sesama, ketika semuanya dalam keadaan semangat baik jasmani maupun rohani menunjukan kita bahwa kita  sedang berhadapan dengan Tuhan menunjukan akan tugas-tugas kita kepada Sang Pencipta yaitu Allah swt menjadi kholifah dimuka bumi untuk mengisi dan mewarnai dunia ini (ini berkedudukan sebagai makrifat).

Sebagai bahan renungan

Ketika itu kita sangat megidam-idamkan memiliki mobil keluaran terbaru, kemudian sedikit demi sedikit kita mulai menyisihkan uang untuk membeli mobil tersebut, kemudian dengan  susah payah cobaan dan perjuangan  untuk memiliki mobil tersebut, setelah beberapa tahun kemudian mulai terkumpulah sejumlah uang untuk membeli mobil tersebut dan berhasil membawa mobil impian itu kerumah.

Pertanyaanya : bagaimana perasaan kita setelah pertama kali memegang kunci mobil tersebut ? lalu, dabisikan apakah yang membuat hati kecil kita memberikan semangat sehingga kita bisa bisa termotifasi untuk berusaha menyisihkan uang untuk memiliki mobil tersebut ?

Dan janji apakah yang sering terucap dalam hati kecil kita, ketika kita berusaha menyisikan uang untuk memiliki mobil tersebut? Lalu bagaimana refleki kita.


matur suwun...

Selasa, 17 Agustus 2021

Konsep menjadi Musim sejati bukan menjadi Muslim pedati yang selalu ikut kesana kemari.

 



     Dewasa ini kita sering kali dtuntut untuk memperdalam Islam, bahkan kita sendiri sibuk mencari kesana kemari untuk memperdalam Islam itu sendiri, dari berbagai guru, berbagai pesantren, berbagai isi ceramah, berbagai buku-buku, bahkan kumpulan isi ceramah ustad satu dengan yang lain dengan hasil yang subyektif, sehingga yang sering mendapatkan sasaran para kaum awam sering mendapatkan kebingungan itu sendiri dan menjadi sangat dilema ketika mulai mendiskusikan dan memperaktekanya. Loh, bukanya agama itu pusat kedamaian dan ketenangan ya, kok kadang malah menjadi percekcokan ya hehehehe....dan ada pula yang bilang itu adalah hal yang sangat wajar dalam belajar islam, itupun bagi yang bermental kuat dan bagi yang bermental lemah sering dibuly habis-habisan akan mengurangi patah semangat untuk memperdalam islam itu sendiri. Padahal belajar Islam itu sangat mudah dan tidak membingungkan apabila kita tau akan konsepnya sehingga para awam pun ketika ingin memperdalam tak akan dibikin bingung sehingga bisa dengan mudah mencari guru dan rujukan yang tepat.

     Lantas bagaimana konsep tahapan-tahapan belajar Islam dengan tepat? Sehingga bisa mencapai mengenal keselarasan harmony dalam rencana Allah ( bermarifat). Yang perludiketahui bahwa islam itu sendiri Rahmatan Lilalamin yang berarti pembawa kebaikan seluruh alam dan berlaku kepada seluruh makhluknya, kemudian kita juga mesti tau akan ada tiga tingkatan diri keadaan kita apakah kita ini tergolong dari tingkatan awam, faham,atau cerdas :

a.       Golongan Awam

Kalangan ini dimana kalangan yang baru pertama atau baru mengenal bahkan bisa dikatakan baru bersyahadat dan baru akan belajar islam.

b.       Golongan faham

Kalangan ini dimana kalangan sesudah kalangan awam dimana sudah memahami tradisi-tradisi Islam itu sendiri dan baru belajar mempraktekanya seperti belajar gerakan solat, gerakan zakat dan gerakan puasa.

c.       Golongan cerdas

Dimana golongan ini sesudahnya golongan faham, dimana golongan ini sudah bisa mempraktekan dan sudah mampu menerapkan segala aturan serta larangan-Nya dalam keseharianya.

Kemudian Agama Islam itu sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan, dan apa itu Iman, Islam dan Ikhsan, dan bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana cara memperaktekanya dan Ilmu apa saja yang mesti kita pelajari.

a.      Iman yaitu : pengakuan seseorang terhadap sang Maha pencipta, bahwa Allah itu ada, lantas bagaimana agar kita bisa kenal dengan Tuhan kita yaitu kita mesti tau teologi konsep keTuhanan dalam orang Islam yang dikenal dengan Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam (ushulludin), dalam metodologi mempelajari keilmuan ini kita dituntut untuk penggunaan nalar dan logika yang cerdas sehingga kita bisa memahami dan mengenali Allah Tuhan Kita.

b.      Islam yaitu : seremonial tata cara beribadah kepada Allah serta menjalankan perintah serta laranganya yang disebut sebagai syariat. Lalu bagaimana agar kita bisa memahaminya, yaitu dengan ilmu Fiqih Al-quran Hadist sebagai sumber utamanya kemudian Ijma dan Qiyas. Dalam mempelajari ilmu ini kita mesti dituntut cerdas penggunaan bahasa dan logika. Ilmu Fiqih bisa dikatakan sebagai ilmu syariat sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan Allah hablum minalloh sepertihalnya gerakan sholat, zakat, puasa, haji, pernikahan, waris jual beli, tindak pidana dan sebagainya , .

c.       Ikhsan yaitu : Suatu perasaan dimana kita sebagai manusia pribadi akan selalu merasa diawasi terus oleh Allah dalam setiap kita bernafas. Lalu bagaimana agar kita bisa mempelajari dan bisa memperoleh perasaan berikhsan, yaitu dengan mempelajari Ilmu Tasawuf, ilmu ini juga bisa dikatakan sebagai puncaknya dari Iman dan Islam, dalam mempelajari ilmu ini kita akan dituntut untuk menggunakan perasaan agar lebih peka dari pada logika kita. Tasawuf bisa juga dikatakan sebagai ilmu akhlak atau budi pekerti sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan manusia hablum minannas.

seseorang memeluk Islam/muslim tak bisa dikatakan sempura apabila kurang dari salah satunya misalkan beriman tanpa Islam, berislam tanpa iman, dan berislam tanpa Ikhsan, berikhsan tanpa Iman sehingga ketiga-tiganya mesti selaras harmony berjalan dengan seimbang agar mencapai Ma’rifat.

“Lalu apasih dampaknya ketika kita tidak bisa menyeimbangkan itu semua seperti iman, islam dan ikhsan”? ketika seseorang tak bisa menyeimbangkan boleh dikatakan  lebih banyak beriman dari pada islam dan iksanya maka bisa diguga seseorang tersebut bisa terindikasi faham radikal, cenderung fanatik bahkan sesaama muslim sehingga bisa saling tuduh sesat menyesatkan bahkan saling kafir mengkafirkan, dalam hal ini bisa dibuktikan dari beberapa sejarah setelah wafatnya Nabi Muhamad diantaranya, terbunuhnya terbunuhnya khalifah Umar bin khotob dan Kahalifah Ali bin abi tholib serta munculnya aliran khwariz, Mutazilah,dan seterusnya bahkan bisa  sampai menimbulkan bentrok antar golongan.

“Lalu bagaimana ketika seseorang akan mebih mengutamakan keislamanya dari pada ikhsanya”? ketika seseorang lebih mementingkan keislamanya tanpa dibarengi keihsanannya maka bisa terjadi seseorang tersebut lebih akan cenderung hakim menghakimi saudara nya bahkan saling menyalahkan cenderung dengan sifat ashabiyah yang melekat bisa karena dari cara berfikir kontektual ditengah perbedaan.

“Lalu bagaimana juga ketika seseorang lebih banyak berikhsan tanpa dibarengi iman dan islam “? Seseorang yang lebih cenderung mengutamakan keihsananya tanpa dibarengi iman dan islam bisa dikatakan seseorang tersebut bukan seorang Muslim melainkan beragama lain.

Semoga kita bisa ambil Hikmahnya , Terima Kasih

Senin, 16 Agustus 2021

Bagaimana Allah berkomunikasi dengan manusia

 

     Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari, kita dikelilingi bukan saja oleh hal-hal yang kasat mata(nyata) tetapi juga oleh hal-hal yang tidak kasat mata(gaib). seperti suara dan bunyi-bunyian yang masuk ke telinga kita, seperti halnya teater  dan simfoni, permainan sepak bola, dan berita-berita, talk show dan musik dangdut, dipancarkan dari stasiun stasiun televisi, hal-hal yang tidak kasat mata itu menjadi sesuatu yang tampak nyata dan nyaman ditelinga begitu kita menyalakan pesawat televisi.

Namun, disekeliling kita terdapat pula hal-hal yang kasat mata(nyata) dan suara-suara yang agak “berbeda”,  seperti pesan-pesan cinta dan kebenaran, gambaran keagungan dan keindahan. Hal-hal yang kasat mata(nyata) dan suara –suara ini akan lebih jelas dan lebih indah terdengar ketika kita memalingkan hati dan pikiran kita kepada Allah. Kita mengetahui hal-hal yang bersifat kasat mata(nyata) dan suara-suara yang dapat didengar itu awalnya ditangkap dan direkam oleh kamera video televisi lalu dipancarkan melalui studio dan pada giliranya kemudian diterima melalui pesawat televisi dirumah kita. Barangkali kita tidak memahami bagaimana dengan jelas bagaimana Tuhan mengirimkan pesan-pesan-Nya kepada kita atau bagaimana kita menerima pesan–pesan itu. Namun melalui tradisi-tradisi yang ada pada orang yahudi dan orang kristen(agama samawi), kita belajar bahwa Allah berkomunikasi dengan kita melalui keindahan alam, melalui peristiwa-peristiwa didalam hidup kita, dan juga melalui pengalaman-pengalaman doa dan sepiritual kita. Kita belajar bahwa kita mendengarkan Allah melalui penyelarasan perasaan, intelektualitas kecerdasan, ingatan dan kehendak hati imajinasi dan emosi-emosi kita akan realitas kehadiran, dan komunikasi Allah.

Kualitas gambar dan suara yang kita terima melalui pesawat televisi bergantung bnayak hal. Cuaca atau alat-alat listrik dirumah kita antena yang rusak dan televisi yang sudah tua dapat mengganggu kualitas gambar dilayar dan suara sepiker televisi. Begitu pula dengan pesan gambar yang kita terima dari Allah dapat terhalang melalui beberapa faktor. Pikiran-pikiran kita dapat terbuatkan oleh dosa .

Pesan-pesan yang menyesatkan dan menolak keberadaan Allah dapat Mendistorsi hati kita. Perasaan dan intelektualitas kecerdasan , ingatan,dan keinginan, imajinasi dan emosi-emosi kita mungkin begitu terbebani oleh keinginan mengejar hal-hal duniawi sehingga hampir mustahil memberikan perhatian kita secara langsung kepada Allah .


Terima Kasih..