Sabtu, 21 Agustus 2021

memahami tingkatan dalam islam rahmatan lilalamin

 

Berbicara tentang syariat,Tareqat, Hakikat dan Makrifat, alangkah baiknya kita terlebih dahulu melirik ayat Al-quran yang berbunyi :

Wama arsalnaka illa rahmatan lilAAalamina (21/Al-Anbiya-107:)

Yang artinya “Dan tiadalah Kami mengutus kamu (muhamad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” .



     Dari ayat tersebut bahwa dapat kita fahami bahwa ajaran nabi Muhamad Saw adalah sebagai pembawa kebaikan ( rahmat) kepada seluruh alam semsta, mengingat alam semesta kita tidak terpaku hanya melihat keindahanya-Nya baik manusia,hewan, tumbuhan melainkan melainkan berbagai aspek dalam berbagai dunia kehidupan baik yang nampak maupun yang tidak nampak baik yang diterima melalui panca indra maupun batin perasaan yang tak terbatas ruang dan waktu tidak terhalang baik suku,ras budaya dan bahasa, sehingga rahmat islam itu sendiri sangatlah universal sehingga dapat menyentuh berbagai macam dunia, baik dunia ilmu pengetahuan, kesehatan, sosial, ekonomi,seni , politik maupun budaya. Dan banyak juga kalangan yang menafsirkan ayat ini secara kontekstual namun akan tujuanya hanya terpaku di dalam satu ruang dan waktu dan kitapun mesti memakluminya, karena dari bahasa aslinya itu sendiri yang kompleks kemudian diterjemahkan kedalam bahasa nasional kita dan diterjemahkan lagi kedalam bahasa yang keseharian kita pakai dan kemudian terjadi distorsi. dan kerumitan ini akan semakin bertambah tatkala seseorang Ustad maupun Da’i berkomunikasi menyampaikan menembus batas-batas waktu, budaya dan bahasa. Kita sendiri memiliki pengalaman menyampaikan sesuatu ide tertentu kepada orang lain, tetapi mereka tidak memahami apa yang kita maksudkan.

     Dan kali ini kita akan membahas bagaimana konsep rahmatan lilalamin itu sendiri baik secara Holistic maupun dalam ibadah keseharian kita dalam dalam ayat tersebut, dan kita juga akan lebih difokuskan sama apa itu syariat, tareqat , hakikat dan marifat, dalam ajaran islam yang rahmatan lilalamin.

Namun yang perlu diingat, kita akan membatasi pemikiran kita terutama istilah Tarekat, yang dimaksud tarekat disini bukan sekumpulan komunitas riyadoh atau oalh jiwa melainkan gambaran secara umumnya yang sedikit-sedikit kita akan berfikir kearah sana.

      Islam itu sendiri terdiri dari tiga pilar yang terdiri dari iman, islam dan ikhsan yang sebelumnya sudah pernah kita bahas  dalam tulisan saya sebelumnya konsep menjdi muslim sejati bukan menjadi muslim pedati. Istilah syareat, tarekat, hakikat, makrifat ini seringkali kita dengar ketika kita mempelajari Tasawuf, tujuan dari tasawuf itu sendiri diantaranya upaya mempersatukan tiga pilar yaitu penggabungan iman ,islam dan ikhsan yang kemudian menghasilakan output berupa akhlak atau budi pekerti serta kebijaksanaan yang akan merujuk kepada cinta dan kasih dalam kehidupan ini.

 


     Dalam dunia tasawuf juga, syariat, tariekat, hakikat dan marifat dijadikan sebagai tolak ukur maqom tingkatan seseorang seseorang dalam memperoleh dan memahami islam itu sendiri.

a.      Syariat

     syariat adalah berupa anjuran ketetapan illahi yang mutlak, yang mesti dilaksanakan dengan baik oleh manusia , sebagai contoh makan dan minum, menjaga kesehatan, menjaga kemaluan, berdoa, dan seebagainya sehingga syariat ini begitu kuat terikat kepada beberpa hukum alam. Syariat itu sendiri tidak lain diantara berupa larangan, maupun anjuran serta memberi gambaran tentang kejadian fenomena-fenomena sebelum kita, agar kita selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian dialami sebelum kita berada. Namun seiring dengan keadaansaat ini syariat ini telah terjadi distorsi dikala penyampaian komunikasi terhalang baik kondisi alam, waktu, bahasa ras, adat budaya serta beberapa tradisi-tradisi fiqih yang melekat kuat dan dibenarkan dalam Jama’ah komunitas tertentu.

b.      Tarekat

     Tareqat adalah jalan upaya yang dilakukan untuk memenuhi ketentuan anjuran illahi atau upaya yang dilakukan untuk melaksanakan syariat, sebagai salah satu contoh illahi menganjurkan kita untuk makan-makanlah yang baik, lantas dengan taatnya seluruh anggota tubuh baik kaki dan tangan secara reflek akan melaksanakan gerakan cara makan sesuai tradisi makanya, dimulai dari kaki yang berjalan menuju mengambil makanan lalu disusul tangan mengambil makanan dan mulai memberikan makanan kedalam mulut, mulut kemudian mulai mengunyah makanan dan langsung menelan makanan kedalam kerongkongan perut, nah dari gerakan makan ini banyak sekali cara yang dilakukan, ada yang makan dengan cara menggunakan alat makan seperti sendok dan garpu ada pula yang dibantu melalui orang lain dengan cara disuapin, dan berbagai cara dan upaya yang dilakukan untuk memberikan bahan makanan kedalam mulut dan dikunyah dan ditelan kedalam kerongkongan.

Sebagai renungan

Dikala Kita Sebagai seorang guru sekolah,  seseorang atasan kita menganjurkan agar datang tepat waktu dan tidak datang terlambat dan menganjurkan juga agar tetap menjaga kerapihan dalam cara berpakaian, kemudian disaat itu cuaca dalam keadaan hujan lebat, dan mesti datang dengan tepat waktu. Padasaat itu ketika hendak berangkat ke sekolah, tidak menemukan sebuah payung yang ada hanya sebuah mantel hujan dan sebuah daun pisang yang masih utuh.

Pertanyaanya : lalu apakah boleh kalau kita menggunakan benda tersebut untuk melindungi diri air hujan? Lalu apa perasaan anda ketika menggunakan dari salah satu benda itu untuk melindungi diri dari air hujan setelah tibanya disekolah anak-anak murid dan teman-teman menyapa kita sambil dengan menggenakan sebuah payung ?  

 

c.       Hakikat

     Hakikat adalah inti tujuan dari tarekat itu sendiri sebagai contoh kita analogikakan masih tentang anjuran makan, ketika kita sedang sakit tanganya terluka sehingga kita tidak bisa menggunakan kedua tangan kita dengan baik kemudian dokter menyarankan agar nutrisi tubuh tetap terjaga maka harus diberikan makanan nutrisi lewat cairan infus sehingga upaya yang telah dilakukan dokter pada hakikatnya adalah  bertujuan memberikan makanan kepada tubuh, agar tubuh perut tidak merasa lemas sehingga menjadi kuat meskipun pemberian makanan tidak dari mulut melalui jalan langkah yang berbeda beda.

Sebagai bahan diskusi dan bahan renungan

 dalam fiqih, ketika kita hendak melaksanakan sholat kita hendknya terlebih daahulu berwudu, kemudian membaca niyat wudu, kemudian  kita lakukan  wdudu ari kumur-kumur sampai urutan membasuh kaki baru kita melaksanakan sholat, lantas hakikat dari berwudu itu sendiri apakah membasuh muka,membasuh tangan,mengusap kepala ,membasuh kaki apa menjaga kebersihan tubuh kita hendak kita mau melaksanakan sholat ?

 

d.      Makrifat

     Makrifat adalah mengenal dan merasakan keselarasan keharmonisan dalam rencana Tuhan, tahapan ini terlebih dahulu melalui tahapan tarekat dan hakikat. Dan makrifat itu sendiri sebagai hasil ahir dari proses Tarekat dan Hakikat sebab dan akibat, sebagai salah satu contohnya dalam Quran yang sangat seserhana, Allah menganjurkan berupa sayariatnya agar kita makan-makanlah yang baik. (berkedudukan sebagai syariat)

kemudian manusia menjalankan tradisi makan berupa makan-makanan yang baik menyehatkan nan bergizi, bahkan ada pula dengan cara disuapin, terus ada pula dengan cara upaya manusia berupa memasukan makanan melalui cairan infus, (ini berkedudukan sebagai tarekat),

sehingga menjalankan tradisi makanya berupa makan-makanan yang baik menyehatkan nan bergizi, bahkan ada pula dengan cara disuapin, terus ada pula dengan cara upaya manusia berupa memberikan makanan melalui cairan infus pada hakikatnya bertujuan memberikan makanan kepada tubuh agar tubuh perut tidak merasa lemas lalu menjadi kuat (ini berkedudukan sebagai hakikat).

Akibatnya perut tidak merasa lemas dan tubuh menjadi kuat badan kita sehat dan kuat dan ketika badan kita sehat dan kuat membuat kita lebih percaya diri membuat pikiran kita menjadi semangat baik dalam bekerja mencari nafkah, semangat mencari ilmu dan wawasan, semangat dalam berkarya, semangat dalam beribadah dan semangat untuk membantu sesama, ketika semuanya dalam keadaan semangat baik jasmani maupun rohani menunjukan kita bahwa kita  sedang berhadapan dengan Tuhan menunjukan akan tugas-tugas kita kepada Sang Pencipta yaitu Allah swt menjadi kholifah dimuka bumi untuk mengisi dan mewarnai dunia ini (ini berkedudukan sebagai makrifat).

Sebagai bahan renungan

Ketika itu kita sangat megidam-idamkan memiliki mobil keluaran terbaru, kemudian sedikit demi sedikit kita mulai menyisihkan uang untuk membeli mobil tersebut, kemudian dengan  susah payah cobaan dan perjuangan  untuk memiliki mobil tersebut, setelah beberapa tahun kemudian mulai terkumpulah sejumlah uang untuk membeli mobil tersebut dan berhasil membawa mobil impian itu kerumah.

Pertanyaanya : bagaimana perasaan kita setelah pertama kali memegang kunci mobil tersebut ? lalu, dabisikan apakah yang membuat hati kecil kita memberikan semangat sehingga kita bisa bisa termotifasi untuk berusaha menyisihkan uang untuk memiliki mobil tersebut ?

Dan janji apakah yang sering terucap dalam hati kecil kita, ketika kita berusaha menyisikan uang untuk memiliki mobil tersebut? Lalu bagaimana refleki kita.


matur suwun...

Selasa, 17 Agustus 2021

Konsep menjadi Musim sejati bukan menjadi Muslim pedati yang selalu ikut kesana kemari.

 



     Dewasa ini kita sering kali dtuntut untuk memperdalam Islam, bahkan kita sendiri sibuk mencari kesana kemari untuk memperdalam Islam itu sendiri, dari berbagai guru, berbagai pesantren, berbagai isi ceramah, berbagai buku-buku, bahkan kumpulan isi ceramah ustad satu dengan yang lain dengan hasil yang subyektif, sehingga yang sering mendapatkan sasaran para kaum awam sering mendapatkan kebingungan itu sendiri dan menjadi sangat dilema ketika mulai mendiskusikan dan memperaktekanya. Loh, bukanya agama itu pusat kedamaian dan ketenangan ya, kok kadang malah menjadi percekcokan ya hehehehe....dan ada pula yang bilang itu adalah hal yang sangat wajar dalam belajar islam, itupun bagi yang bermental kuat dan bagi yang bermental lemah sering dibuly habis-habisan akan mengurangi patah semangat untuk memperdalam islam itu sendiri. Padahal belajar Islam itu sangat mudah dan tidak membingungkan apabila kita tau akan konsepnya sehingga para awam pun ketika ingin memperdalam tak akan dibikin bingung sehingga bisa dengan mudah mencari guru dan rujukan yang tepat.

     Lantas bagaimana konsep tahapan-tahapan belajar Islam dengan tepat? Sehingga bisa mencapai mengenal keselarasan harmony dalam rencana Allah ( bermarifat). Yang perludiketahui bahwa islam itu sendiri Rahmatan Lilalamin yang berarti pembawa kebaikan seluruh alam dan berlaku kepada seluruh makhluknya, kemudian kita juga mesti tau akan ada tiga tingkatan diri keadaan kita apakah kita ini tergolong dari tingkatan awam, faham,atau cerdas :

a.       Golongan Awam

Kalangan ini dimana kalangan yang baru pertama atau baru mengenal bahkan bisa dikatakan baru bersyahadat dan baru akan belajar islam.

b.       Golongan faham

Kalangan ini dimana kalangan sesudah kalangan awam dimana sudah memahami tradisi-tradisi Islam itu sendiri dan baru belajar mempraktekanya seperti belajar gerakan solat, gerakan zakat dan gerakan puasa.

c.       Golongan cerdas

Dimana golongan ini sesudahnya golongan faham, dimana golongan ini sudah bisa mempraktekan dan sudah mampu menerapkan segala aturan serta larangan-Nya dalam keseharianya.

Kemudian Agama Islam itu sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu Iman, Islam, dan Ikhsan, dan apa itu Iman, Islam dan Ikhsan, dan bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana cara memperaktekanya dan Ilmu apa saja yang mesti kita pelajari.

a.      Iman yaitu : pengakuan seseorang terhadap sang Maha pencipta, bahwa Allah itu ada, lantas bagaimana agar kita bisa kenal dengan Tuhan kita yaitu kita mesti tau teologi konsep keTuhanan dalam orang Islam yang dikenal dengan Ilmu Tauhid dan Ilmu Kalam (ushulludin), dalam metodologi mempelajari keilmuan ini kita dituntut untuk penggunaan nalar dan logika yang cerdas sehingga kita bisa memahami dan mengenali Allah Tuhan Kita.

b.      Islam yaitu : seremonial tata cara beribadah kepada Allah serta menjalankan perintah serta laranganya yang disebut sebagai syariat. Lalu bagaimana agar kita bisa memahaminya, yaitu dengan ilmu Fiqih Al-quran Hadist sebagai sumber utamanya kemudian Ijma dan Qiyas. Dalam mempelajari ilmu ini kita mesti dituntut cerdas penggunaan bahasa dan logika. Ilmu Fiqih bisa dikatakan sebagai ilmu syariat sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan Allah hablum minalloh sepertihalnya gerakan sholat, zakat, puasa, haji, pernikahan, waris jual beli, tindak pidana dan sebagainya , .

c.       Ikhsan yaitu : Suatu perasaan dimana kita sebagai manusia pribadi akan selalu merasa diawasi terus oleh Allah dalam setiap kita bernafas. Lalu bagaimana agar kita bisa mempelajari dan bisa memperoleh perasaan berikhsan, yaitu dengan mempelajari Ilmu Tasawuf, ilmu ini juga bisa dikatakan sebagai puncaknya dari Iman dan Islam, dalam mempelajari ilmu ini kita akan dituntut untuk menggunakan perasaan agar lebih peka dari pada logika kita. Tasawuf bisa juga dikatakan sebagai ilmu akhlak atau budi pekerti sebagai jembatan perantara antara hubungan manusia dengan manusia hablum minannas.

seseorang memeluk Islam/muslim tak bisa dikatakan sempura apabila kurang dari salah satunya misalkan beriman tanpa Islam, berislam tanpa iman, dan berislam tanpa Ikhsan, berikhsan tanpa Iman sehingga ketiga-tiganya mesti selaras harmony berjalan dengan seimbang agar mencapai Ma’rifat.

“Lalu apasih dampaknya ketika kita tidak bisa menyeimbangkan itu semua seperti iman, islam dan ikhsan”? ketika seseorang tak bisa menyeimbangkan boleh dikatakan  lebih banyak beriman dari pada islam dan iksanya maka bisa diguga seseorang tersebut bisa terindikasi faham radikal, cenderung fanatik bahkan sesaama muslim sehingga bisa saling tuduh sesat menyesatkan bahkan saling kafir mengkafirkan, dalam hal ini bisa dibuktikan dari beberapa sejarah setelah wafatnya Nabi Muhamad diantaranya, terbunuhnya terbunuhnya khalifah Umar bin khotob dan Kahalifah Ali bin abi tholib serta munculnya aliran khwariz, Mutazilah,dan seterusnya bahkan bisa  sampai menimbulkan bentrok antar golongan.

“Lalu bagaimana ketika seseorang akan mebih mengutamakan keislamanya dari pada ikhsanya”? ketika seseorang lebih mementingkan keislamanya tanpa dibarengi keihsanannya maka bisa terjadi seseorang tersebut lebih akan cenderung hakim menghakimi saudara nya bahkan saling menyalahkan cenderung dengan sifat ashabiyah yang melekat bisa karena dari cara berfikir kontektual ditengah perbedaan.

“Lalu bagaimana juga ketika seseorang lebih banyak berikhsan tanpa dibarengi iman dan islam “? Seseorang yang lebih cenderung mengutamakan keihsananya tanpa dibarengi iman dan islam bisa dikatakan seseorang tersebut bukan seorang Muslim melainkan beragama lain.

Semoga kita bisa ambil Hikmahnya , Terima Kasih